Koneksi Antar Materi Modul 2.3
Niasari Vebriani, S.Pd.SD, M.Pd - CGP
Angkatan 7 Kab Kudus
Koneksi Antar Materi Modul 2.3
Niasari Vebriani, S.Pd.SD, M.Pd - CGP
Angkatan 7 Kab Kudus
Peran Saya sebagai seorang coach di sekolah.
Setelah mempelajari
modul 2.3 sebagai pendidik saya semakin sadar bahwa anak didik bukanlah kertas
kosong. Mereka datang dari berbagai latar belakang, kemampuan dan potensi.
Sebagai guru, kita bertugas untuk menjadikan latar belakang mereka sebagai
pondasi kuat dalam memimpin pembelajaran. Selain itu juga untuk meningkatkan
kemampuan dan melejitkan potensi mereka. Oleh karena tu, kita diharapkan
memiliki keterampilan yang dapat mengarahkan anak didik untuk menemukan jati
diri dan melejitkan potensi mereka tersebut.
Salah satu
keterampilan yang diperlukan adalah Coaching. Dengan menggunakan coaching,
seorang guru tidak langsung memberikan solusi kepada anak didiknya, tapi
memberikan stimulus kepadanya sehingga nantinya anak didik dapat menyelesaikan
masalahnya sendiri.
Agar dapat
menjalankan perannya sebagai coach, seorang guru mesti dapat melakukan
komunikasi yang memberdayakan sebagai keterampilan dasar coaching. Komunikasi
yang memberdayakan dapat diartikan sebagai proses meneruskan informasi atau
pesan dari satu pihak ke pihak yang lain dengan menggunakan media kata, tulisan
ataupun tanda peraga. Komunikasi dapat terjadi satu arah dan dua arah, dimana ada
peran pemberi pesan dan penerima pesan.
Diharapkan coach
dapat melaksanakn komunikasi yang asertif, Komunikasi asertif dapat membangun
kualitas ubungan kita dengan orang lain menjadi lebih positif karena ada
pencapaian bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak.
Keterkaitan Coaching dengan Materi pada
Modul Pembelajaran Berdeferensiasi dan Pembelajaran Sosial dan Emosional
Berdasarkan
pengalaman sebelumnya jika murid atau guru mengungkapkan masalah atau berbagi
pemikiran atas apa yang dirasakannya saya berusaha untuk memberikan solusi.
Penerapan mulai sekarang dan berkelanjutan ke depannya adalah menggunakan
teknik percakapan coaching dengan alur TIRTA baik dalam supervisi akademik dan
dalam menuntun murid atau rekan sejawat untuk menggali atau mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapinya agar dapat memaksimalkan potensi diri yang
dimiliki dalam mengembangkan ide-ide kreatifnya.
Berkaitan
dengan modul pembelajaran berdeferensiasi bahwa pembelajaran yang diberikan
harus sesuai dengan kebutuhan murid maka dengan itu pendidik harus memberikan
pelayanan pembelajaran yang berpihak pada murid berdasarkan kebutuhannya dengan
strategi berdeferensiasi konten, proses dan produk yang disesuaikan dengan
kesiapan, minat, dan profil belajar murid agar kita dapat menuntun murid menggali
potensi diri yang dimilikinya.
Hal
ini juga berkaitan dengan pembelajaran sosial dan emosional dengan pembelajaran
yang berdeferensiasi dapat terjalin proses kolaboratif yang memungkinkan murid,
pendidik, dan tenaga kependidikan disekolah memperoleh dan menerapkan
pengetahuan, keterampilan, dan sikap positif mengenai aspek sosial dan
emosionalnya serta dapat meningkatkan 5 kpmpetensi sosial dan emosionalnya
melalui strategi-strategi dalam pembelajaran berdeferensiasi.
Seperti
halnya dengan coaching untuk dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan
kompetensi diri dan orang lain harus menggunakan pendekatan yang sesuai dengan
kebutuhan yaitu pendekatan yang diawali dengan paradigma berpikir yang
memberdayakan. Paradigma berpikir memberdayakan hal yang harus dimiliki agar
pengembangan diri dapat dilakukan secara terarah dan berkelanjutan. Salah satu
pendekatan pemberdayaan adalah dengan coaching.
Pengimplementasian
Coaching Terkait Peran sebagai Pemimpin Pembelajaran
Bagaimana
keterkaitan keterampilan coaching dengan
pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran? Sebagai
seorang pendidik maupun pemimpin pembelajaran memiliki kemampuan coaching ini
sangat diperlukan karena seorang pemimpin pembelajaran ataupun pemimpin sekolah
harus dapat mengidentifikasi kebutuhan pengembangan kompetensi diri dan orang
lain dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Salah
satu pendekatan yang sesuai kebutuhan dan dengan paradigma berpikir
memberdayakan adalah teknik coaching.
Coaching
bertujuan menuntun coachee untuk memukan ide baru atau cara untuk mengatasi
tantangan yang dihadapi atau pencapaian tujuan yang dikehandaki. Coaching
membangun kemitraan yang setara dan coachee sendiri yang mengambil keputusan.
Coach hanya menghantarkan melalu mendengarkan aktif dan memberikan pertanyaan
yang berbobot dan terbuka coacheelah yang membuat keputusan dan menemukan
solusi sendiri atas permasalahannya. Coaching merupakan ikatan hati antara
seorang coach dan coachee karena pendekatan komunikasi dengan proses coaching
merupakan sebuah dialog yang terjadi secara emansipasif dalam sebuah ruang
perjumpaan yang penuh kasih dan persaudaraan.
Tantangan
dalam mengimplementasikan coaching dalam komunitas praktisi adalah muncul dari
diri saya sendiri yaitu saya terkadang ragu untuk memulai karena perasaan
khawatir atas penerimaan orang lain terhadap ide atau gagasan baru yang saya
ungkapkan. Upaya yang saya lakukan untuk menghadapi tantangan tersebut adalah
dengan selalu berpikir positif kepada orang lain dan meningkatkan kepercayaan
diri dengan terus belajar dan berlatih bahwa apa yang disampaikan
memberikan kebermanfaatan bagi diri
sendiri dan orang lain.